Senin, 09 April 2012

TARVEL
Lama Tinggal Wisatawan di Yogya Belum Mencapai 3 Hari
Kunjungan Wisatawan Asing ke Yogyakarta - Wisatawan asing berjalan kaki menuju obyek wisata Taman Sari, Yogyakarta, Jumat (29/7/2011). Kunjungan ke Taman Sari dan Keraton Yogyakarta yang berada di dekatnya menjadi salah satu agenda yang jarang dilewatkan wisatawan asing saat berwisata di Yogyakarta.
YOGYAKARTA - Lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta selama tiga bulan pertama 2012 masih belum mencapai lebih dari tiga hari, yaitu rata-rata baru 2,3 hari. "Rata-rata baru 2,3 hari. Lama tinggal wisatawan di Yogyakarta ini pun lebih rendah dibanding Bandung yang telah mencapai sekitar tiga hari," kata Kepala Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Deddy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Minggu (7/4/2012).
Beringharjo bisa digarap sebagai tempat wisata belanja yang menarik kepada wisatawan.
-- Deddy Pranawa Eryana
Menurut Deddy, meskipun jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta lebih banyak dibanding jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung, namun kurangnya inovasi tujuan wisata di Yogyakarta menyebabkan wisatawan tidak perlu berlama-lama tinggal.
Deddy mengatakan, Yogyakarta yang telah lama dikenal dengan wisata budaya, bisa juga mengembangkan terobosan baru dalam industri pariwisata, seperti wisata belanja karena Yogyakarta juga memiliki pasar yang sudah cukup terkenal yaitu Beringharjo. "Beringharjo bisa digarap sedemikian rupa dan kemudian ditawarkan sebagai tempat wisata belanja yang menarik kepada wisatawan. Jika bisa dikemas dengan baik, maka saya yakin, tidak akan kalah dengan kota-kota lain," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pelaku pariwisata yang ada di Yogyakarta, mulai dari pemerintah daerah hingga pramuwisata, juru parkir, kusir andong atau pengemudi becak juga memiliki kesadaran bahwa lokomotif utama ekonomi di Yogyakarta adalah dari dunia pariwisata.
"Pelaku pariwisata jangan sampai mengecewakan wisatawan yang datang. Misalnya saja dengan menaikkan tarif parkir atau sengaja menawarkan jasa dengan harga murah tetapi mewajibkan wisatawan menuju ke suatu tempat yang tidak sesuai dengan keinginan wisatawan," katanya.
Kondisi tersebut, lanjut Deddy, berpotensi merusak citra pariwisata di Yogyakarta dan bisa mengakibatkan tidak berkembangnya industri pariwisata di Kota Yogyakarta.
"Berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah di Provinsi DIY juga hingga pelaku wisata di kabupaten lain juga harus bersinergi untuk menawarkan potensi wisata yang ada. Kerja sama ini penting, karena jangan sampai wisatawan tidak memperoleh sesuatu yang baru saat berkunjung ke Yogyakarta," katanya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik DIY, lama tinggal wisatawan di Yogyakarta pada Februari justru mengalami penurunan dibanding Januari, yaitu menjadi 1,68 hari dari 1,87 hari.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta, Istidjab Danunagara mengatakan, obyek wisata yang masih terbatas menyebabkan wisatawan hanya memerlukan waktu satu hari saja untuk mengunjungi obyek wisata yang ada.
Obyek wisata yang masih menjadi favorit wisatawan saat berkunjung ke Yogyakarta adalah Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Malioboro. "Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan di Yogyakarta seperti menawarkan berbagai even budaya di malam hari seperti pementasan Sendratari Ramayana," katanya.
Selain itu, lanjut Deddy, pihaknya akan mencoba menawarkan paket wisata melihat matahari terbit di Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yulia Rustiyaningsih mengatakan, libur panjang akhir pekan biasanya cukup mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Yogyakarta. "Hal itu bisa dilihat dari volume kendaraan yang semakin meningkat di beberapa obyek wisata seperti Malioboro," katanya.
Namun demikian, Yulia tidak memungkiri apabila meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tersebut juga menyebabkan munculnya berbagai masalah seperti kemacetan dan parkir kendaraan. "Kami akan terus berkoordinasi agar masalah-masalah tersebut dapat diantisipasi di masa yang akan datang," katanya.
Mengenai inovasi di dunia pariwisata, Yulia mengatakan, bahwa Yogyakarta mulai mengembangkan pariwisata berbasis wilayah melalui kampung wisata.
 www.pulogadingcity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar