EDUKASI
Puluhan Anak Transmigran Putus Sekolah
Lokasi transmigrasi di Morotai.
MOROTAI - Puluhan anak transmigrasi di
Morotai, Maluku Utara, terpaksa menerima kenyataan karena mengikuti
orang tuanya bertransmigrasi ke Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
Sebanyak 26 anak usia sekolah di lokasi transmigrasi SP4 itu kini tak
lagi menikmati pendidikan saat 39 transmigran asal Jawa Barat dan Jawa
Timur menempati lokasi transmigrasi itu sejak 23 Desember 2009 lalu.
Cucu saya, Tuti, sampai ke sini langsung putus sekolah. Sekarang ia sudah ke Daruba, kerja di toko.
-- Sumadi
"Saat kita sampai di sini tidak ada bangunan
sekolahnya, ke mana anak-anak kita mau sekolah? Mau ke SP1 jauh sekali,
terpaksa anak-anak tidak sekolah sejak atang ke sini (Morotai)," ungkap
Bejo (42), transmigran asal Jawa Barat yang menempati lokasi SP4, Senin
(9/4/2012).
Sebelum mengikuti jejak orang tuanya bertransmigrasi,
puluhan anak-anak itu pernah bersekolah di daerah asalnya, mulai dari
jenjang TK sampai SMA. Paling banyak adalah anak usia sekolah tingkat
dasar atau SD.
Adapun jumlah transmigran asal Pulau Jawa yang
menempati lokasi transmigrasi SP4 Morotai saat ini sebanyak 37 KK.
Mereka datang bersama istri dan anak-anaknya. Sebanyak 26 anak
diantaranya adalah anak-anak berusia sekolah. Dari jumlah itu, 17
diantaranya masih duduk di bangku SD.
Kini, anak-anak itu tidak
lagi menikmati dunia sekolah karena di lokasi transmigrasi ini tidak ada
sarana pendidikan. Di wilayah sekitar memang ada beberapa sekolah untuk
tingkat SD dan SMP seperti di SP1. Namun, jarak 3 kilometer dari SP4 ke
SP1 tidak mungkin ditempuh anak-anak ini dengan berjalan kaki.
Ari (17) misalnya, memilih keluar ke kota (Daruba) untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan sekolah.
"Kasihan
dia (Ari). Mau sekolah tidak ada sekolah yang dekat. Akhirnya dia tidak
betah di sini. Maunya pulang, tapi tidak ada uang. Jadi, dia langsung
ke kota cari pekerjaan," tutur Bejo, orang tua Ari.
Sumadi (59), warga lainnya, juga mengeluhkan hal sama.
"Cucu saya, Tuti (17), sampai ke sini langsung putus sekolah. Sekarang ia sudah ke Daruba, kerja di toko," timpal Sumadi.
Warga
transmigrasi ini umumnya berharap Pemerintah Provinsi Maluku Utara
dapat membangun sarana pendidikan di lokasi transmigrasi SP4. Mereka
berharap, dengan begitu anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan
seperti saat sebelum datang ke lokasi transmigrasi.
www.pulogadingcity.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar