Senin, 09 April 2012

EDUKASI
Puluhan Anak Transmigran Putus Sekolah
 Lokasi transmigrasi di Morotai.
MOROTAI - Puluhan anak transmigrasi di Morotai, Maluku Utara, terpaksa menerima kenyataan karena mengikuti orang tuanya bertransmigrasi ke Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Sebanyak 26 anak usia sekolah di lokasi transmigrasi SP4 itu kini tak lagi menikmati pendidikan saat 39 transmigran asal Jawa Barat dan Jawa Timur menempati lokasi transmigrasi itu sejak 23 Desember 2009 lalu.
Cucu saya, Tuti, sampai ke sini langsung putus sekolah. Sekarang ia sudah ke Daruba, kerja di toko.
-- Sumadi
"Saat kita sampai di sini tidak ada bangunan sekolahnya, ke mana anak-anak kita mau sekolah? Mau ke SP1 jauh sekali, terpaksa anak-anak tidak sekolah sejak atang ke sini (Morotai)," ungkap Bejo (42), transmigran asal Jawa Barat yang menempati lokasi SP4, Senin (9/4/2012).
Sebelum mengikuti jejak orang tuanya bertransmigrasi, puluhan anak-anak itu pernah bersekolah di daerah asalnya, mulai dari jenjang TK sampai SMA. Paling banyak adalah anak usia sekolah tingkat dasar atau SD.
Adapun jumlah transmigran asal Pulau Jawa yang menempati lokasi transmigrasi SP4 Morotai saat ini sebanyak 37 KK. Mereka datang bersama istri dan anak-anaknya. Sebanyak 26 anak diantaranya adalah anak-anak berusia sekolah. Dari jumlah itu, 17 diantaranya masih duduk di bangku SD.
Kini, anak-anak itu tidak lagi menikmati dunia sekolah karena di lokasi transmigrasi ini tidak ada sarana pendidikan. Di wilayah sekitar memang ada beberapa sekolah untuk tingkat SD dan SMP seperti di SP1. Namun, jarak 3 kilometer dari SP4 ke SP1 tidak mungkin ditempuh anak-anak ini dengan berjalan kaki.
Ari (17) misalnya, memilih keluar ke kota (Daruba) untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan sekolah.
"Kasihan dia (Ari). Mau sekolah tidak ada sekolah yang dekat. Akhirnya dia tidak betah di sini. Maunya pulang, tapi tidak ada uang. Jadi, dia langsung ke kota cari pekerjaan," tutur Bejo, orang tua Ari.
Sumadi (59), warga lainnya, juga mengeluhkan hal sama.
"Cucu saya, Tuti (17), sampai ke sini langsung putus sekolah. Sekarang ia sudah ke Daruba, kerja di toko," timpal Sumadi.
Warga transmigrasi ini umumnya berharap Pemerintah Provinsi Maluku Utara dapat membangun sarana pendidikan di lokasi transmigrasi SP4. Mereka berharap, dengan begitu anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan seperti saat sebelum datang ke lokasi transmigrasi. www.pulogadingcity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar