Minggu, 01 April 2012

REGIONAL
Koma 40 Hari, Keluarga Choirul Terpaksa Berutang
 Syahrul Munir Siti Romlah (41) menunggui anaknya, Choirul Imam (18) yang belum sadar sejak peristiwa kecelakaan akhir Pebruari lalu. Keluarga romlah membutuhkan uluran tangan untuk menutup biaya rumah sakit
SEMARANG — Waktu seolah berhenti bagi Choirul Imam (18), remaja belia asal Dusun Sendangrejo, Desa Nyatnyono Ungaran Barat. Operasi pendarahan di kepala akibat peristiwa kecelakaan lalu lintas pertengahan Februari lalu telah merenggut kendali sadarnya hingga hari ini. 

Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Riyadi Sutrisno dan Siti Romlah itu kini mendapat perawatan di RSUD Ungaran berkat atensi khusus seorang pejabat Dinas Kesehatan setempat. Sebelumnya, Choirul sempat dibawa pulang ke rumah sekitar lima hari, lantaran orangtuanya kehabisan biaya untuk operasi dan opname selama hampir sebulan di sebuah rumah sakit swasta di Ungaran.

"Kami sudah habis-habisan untuk biaya Choirul di rumah sakit. Biaya operasi dan opname hampir Rp 50 juta sebagian besar dari hasil utang sana-sini, dan menjaminkan BPKB motor,'' kata Romlah, Sabtu (31/3/2012) kemarin.

Romlah hanya bisa bersabar dengan keadaan. Seluruh waktunya habis untuk mendampingi Choirul di rumah sakit, sementara suaminya harus tetap berjualan bakso untuk menutup biaya hidup sehari-hari keluarga. "Yang saya pikirkan cuma bagaimana anak saya bisa sadar kembali. Soal utang, kami yakin selama kami berusaha Insyaallah ada jalan untuk mengembalikan. Yang penting anak saya pulih dulu," kata Romlah.

Sementara itu, ayah Choirul, Riyadi Sutrisno, mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan untuk bisa memperingan beban utang, termasuk mengupayakan santunan dari pihak Jasa Raharja. Namun usahanya terbentur oleh tak kooperatifnya pihak penabrak Choirul. "Saya sudah ke Yogja dua kali. Tapi penabrak anak saya, Drajat Wahyudi, warga Tanjung Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, sekarang sulit dihubungi. Padahal saya butuh beliau dan mobilnya untuk barang bukti mengajukan ke Jasa Raharja," ungkap Riyadi.

Awalnya, kata Riyadi, peristiwa kecelakaan yang menimpa anaknya itu diselesaikan secara kekeluargaan dengan pihak penabrak. Maklum, kondisi Choirul beberapa jam setelah kejadian itu, menurut dokter, masih baik-baik saja. "Dokter RSUD Ungaran sempat mengatakan anak saya hanya luka ringan di bagian kepala, memang waktu itu kelihatan biasa saja masih sadar. Tapi esok harinya, Chorul muntah darah dan kondisinya makin memburuk," kata Riyadi.

Dijenguk di ruang Mawar -10 RSUD Ungaran, Choirul terlihat masih dalam keadaan tidak sadar. Satu-satunya asupan selain infus adalah susu cair yang dimasukkan melalui saluran khusus ke hidung. Dia juga harus menggunakan alat bantu pernapasan. Sementara lendir dari dalam tubuh harus dikeluarkan menggunakan alat khusus melalui lubang yang ada pada tenggorokan agar tidak mengganggu pernapasanwww.pulogadingcity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar