Jumat, 13 April 2012

BISNIS
Indonesia Punya Peluang Besar Jadi Produsen Pulp Dunia
Jajaran Pimpinan Riau Pulp dipimpin Presiden Komisaris Tony Wenas (kedua dari kiri)
JAKARTA - Indonesia berpeluang besar menjadi produsen pulp dunia karena Indonesia memiliki beberapa keunggulan komparatif.
Presiden Komisaris PT Riau Andalan Pulp & Paper, Tony Wenas mengungkapkan hal ini ketika berkunjung ke kantor Redaksi Harian "Kompas", Jumat (13/4/2012) petang. Jajaran pimpinan perusahaan pulp itu diterima Kepala Desk Ekonomi Kompas Pieter P Gero dan Kepala Desk Humaniora Try Harijono.

Menurut Tony, industri pulp dunia saat ini berkembang pesat. Para pemain global berkembang lebih pesat, terutama di Asia. Dan permintaan pulp di China dari tahun ke tahun terus meningkat.

Industri pulp Indonesia termasuk satu dari tiga industri yang mengincar pasar strategis China. Dua lainnya industri maritim dan industri makanan minuman.

"Industri pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan industri pulp di negara-negara lainnya. Pengapalan ekspor ke China dari Indonesia ke China hanya butuh waktu 7 hari. Sedangkan dari Eropa butuh 40-50 hari, dari AS 30 hari, dan dari Amerika Latin 40-60 hari. Jadi dari sisi biaya, Indonesia sudah unggul," jelas Tony.

Selain ini, papar Tony, di negara tropis seperti Indonesia, tanaman akasia bisa panen setiap 4-5 tahun, sementara di negara sub-tropis butuh waktu 20-25 tahun.

"Brasil sebagai negara tropis sama seperti Indonesia, namun jarak Brasil ke China leih jauh," ungkap Tony.

Sampai tahun ini, produsen pulp no 1 dunia masih tetap Amerika Serikat. Indonesia berada di peringkat ke-9 dunia. "Seharusnya posisi Indonesia bisa lebih baik lagi," katanya.

Posisi kedua ditempati Kanada, ketiga Brasil, keempat Jepang, kelima Swedia, keenam Finlandia, ketujuh Rusia, kedelapan China.

Tony memaparkan, produksi pulp Indonesia hanya naik 30 persen sejak 2005 sedangkan Brasil naik 69 persen. Sementara permintaan pulp China naik 139 persen sejak 2005. "Indonesia belum memaksimalkan potensi seutuhnya," jelasnya.

Apa yang harus dilakukan? Tony menggarisbawahi pentinya pemerintah membangun infrastruktur, terutama pelabuhan, dan memperbaiki regulasi agar ada kepastian hukum dalam dunia usaha. Selain itu Indonesia Inc juga harus ada.

Belum adanya kepastian hukum di Indonesia, membuat beberapa pemain pulp dunia beralih ke Brasil, dan berinvestasi di negeri Amerika Latin itu.

"Termasuk kami juga berinvestasi ke Brasil. Kami punya lahan konsesi 150.000 hektar dengan status hak milik. Kami benar-benar dijamu Pemerintah Brasil," kata Tony.

Tony Wenas mengakui perusahaannya sering diserang LSM-LSM internasional. "Kami mencurigai LSM-LSM itu ditumpangi negara-negara sub-tropis yang tidak ingin melihat Indonesia maju dan berkembang. Itu dugaan kami," katanya.
 www.pulogadingcity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar