BISNIS
INDONESIA PALING PRO IMPOR
Pengunjung memilih buah impor yang ditawarkan di sebuah pusat
perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2011).
Badan Pusat Statistik mencatat dalam periode Januari- Oktober 2011,
nilai impor buah, sayur, produk olahan dari buah dan sayur, serta
minuman dan produk makanan olahan menembus Rp 17,61 triliun. Naik 37,47
persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2010.
JAKARTA — Indonesia merupakan negara
yang paling bebas membuka pelabuhan impor. Hal itu setidaknya jika
dilihat dari jumlah pintu masuk produk impor untuk buah dan sayur. Tak
heran apabila saat ini 60 komoditas dari 40 negara membanjiri pasar
Indonesia.
Hal ini terungkap dalam unjuk bincang (talk show) bertajuk ”Perlindungan dan Akselerasi Ekspor Produk Pertanian”, Minggu (1/4/2012) di Jakarta.
Unjuk
bincang ini merupakan rangkaian pameran Agrinex 2012 yang kali ini
bertema ”Agribusiness For All”. Pameran Agrinex ke-6 ini terselenggara
hasil kerja sama Kementerian Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan PT
Performax.
Menurut Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati Kementerian Pertanian Arifin Tasrif, sampai saat ini
Indonesia baru mampu mengekspor tujuh macam buah. Buah Indonesia baru
bersaing di ASEAN, China, dan Timur Tengah.
Untuk bisa mengekspor
manggis ke Australia, butuh waktu tujuh tahun bagi Indonesia. Ada
proteksi dari Australia terhadap petaninya sehingga produk buah
Indonesia sulit masuk. Hal yang sama juga dilakukan Amerika Serikat.
Sejumlah
upaya dilakukan negara-negara lain untuk melindungi petaninya. China
hanya menyediakan satu pintu untuk menerima produk impor. Eropa hanya
melalui negara Belanda. Produk halal ke Eropa juga hanya ke Belanda.
Berbeda
dengan negara-negara itu, Indonesia membuka delapan pintu masuk.
Indonesia merupakan negara yang paling bebas membuka pelabuhan. Ke
depan, Badan Karantina Pertanian menjadi palang pintu utama guna
mengontrol masuknya produk pertanian impor; baik terkait hama penyakit
maupun dari aspek keamanan pangan.
Wakil Menteri Pertanian Rusman
Heriawan dalam kesempatan terpisah menyatakan, kebutuhan buah
masyarakat Indonesia kian beragam dan berkualitas. Di sisi lain,
Indonesia sama sekali belum memiliki perkebunan buah dalam skala luas.
Rusman
menyatakan, konsep perkebunan skala luas yang perlu dikembangkan bukan
dengan menyerobot lahan petani-petani kecil oleh perusahaan besar,
melainkan membangun jaringan petani di hulu. ”Inilah yang harus
dikembangkan,” katanya.
Tantangan produksi buah sekarang adalah
bagaimana memenuhi permintaan buah sepanjang waktu. Karena itu, harus
ada pendekatan teknologi. Tren peningkatan impor buah juga terjadi
ketika produk lokal sedang langka. Akan tetapi, kalau produksi buah
lokal meningkat, impor turun.
Sekretaris Jenderal Induk Koperasi
Tani dan Nelayan Suryo Bawono menyatakan, ada strategi teknis yang bisa
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melindungi petaninya.
Di
Jawa Timur, misalnya, pemerintah provinsi mengeluarkan peraturan
gubernur yang melarang peredaran buah dan sayur impor di pasar
tradisional. Kebijakan itu juga mengatur lalu lintas buah dan sayur
impor.
Apabila di Kabupaten Malang panen mangga, mangga impor
dilarang beredar. Pemerintah daerah juga mewajibkan hanya buah dan
sayur lokal yang boleh dijual di pasar tradisional. www.pulogadingcity.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar