BISNIS
Potensi Ekonomi RI Bisa Sia-sia
Ilustrasi
JAKARTA — Potensi konflik yang cukup
tinggi di Indonesia mengganjal pertumbuhan ekonomi pada masa keemasan.
Karena itu, pemerintah harus mampu mengelola ranah sosial politik dan
ekonomi agar bisa saling mendukung. Jika hal itu gagal dikelola, potensi
pertumbuhan ekonomi akan sia-sia.
Hal itu disampaikan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung dalam acara seminar Citi Bank di Jakarta, Rabu (11/4/2012).
”Dengan
multiras, multiagama, kesenjangan si kaya dan si miskin, serta
kesenjangan desa-kota membuat potensi konflik di Indonesia sangat
tinggi. Jika tidak dikelola dengan baik, ini akan menjadi batu
sandungan,” katanya.
Menurut dia, tahun 2010 menjadi awal bagi
kebangkitan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi akan terus membaik
sampai beberapa tahun mendatang. Selama periode tersebut, ekonomi
Indonesia akan memasuki pertumbuhan emas karena meningkatnya daya beli
masyarakat. ”Sampai tahun 2050, ekonomi Indonesia masih akan terus
bagus. Saat itu, ekonomi Indonesia akan sama dengan kondisi Amerika
Serikat saat ini,” ujarnya.
Pada masa pertumbuhan emas, peran
Indonesia dalam perekonomian global akan semakin diperhitungkan. Hal
itu seiring dengan menguatnya peran Asia. Saat ini, kontribusi Asia
bagi ekonomi dunia mencapai 27 persen. Tahun 2050 diproyeksikan
mencapai 49 persen.
Rektor Universitas Paramadina Anies
Baswedan, yang juga menjadi pembicara seminar, mengatakan, Pemerintah
Indonesia perlu berbenah diri dalam menegakkan hukum dan peraturan.
”Tak bisa kita mungkiri bahwa sebagai negara yang multirasial,
multietnis, dan masih memiliki kesenjangan ekonomi, Indonesia memang
memiliki banyak potensi untuk terjadi friksi,” papar Anies.
Namun,
katanya, konflik tidak akan terjadi seandainya pemerintah dapat
menegakkan hukum dengan baik. ”Ini adalah salah satu persoalan utama
yang kita hadapi dalam pertumbuhan demokrasi di Indonesia,” ujarnya.
Dia
mengatakan, perekonomian nasional yang sehat saat ini tentunya perlu
didukung oleh situasi dan kebijakan politik yang kondusif bagi
perkembangan bisnis dan penanaman modal.
Selain masalah kepastian hukum, Indonesia juga masih mempunyai pekerjaan rumah dalam hal menumbuhkan tata laksana yang baik (good governance),
antara lain dengan mengurangi biaya tidak terduga dan uang sogok,
beban bea cukai, dan meningkatkan transparansi pembuatan kebijakan.
Saat
membuka seminar, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan,
konsumsi domestik menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di tengah
krisis global.www.pulogadingcity.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar