Minggu, 08 April 2012

OASE
Tayub Diajukan sebagai Warisan Dunia
Grup Madyo Laras menampilkan tari tayub di Museum Ronggowarsito, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (18/2/2012). Pertunjukan tari ini untuk menarik pengunjung ke museum dan menghidupkan aktivitas kebudayaan tradisional. 
SOLO - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah berupaya mendaftarkan seni tayub dan seni tradisi lainnya yang memiliki nilai luar biasa sebagai warisan budaya dunia. Produk kesenian tersebut merupakan kekayaan budaya Nusantara yang mampu merekatkan hubungan masyarakat.

Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti dalam Seminar Nasional Seni Tayub Nusantara yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Institut Seni Indonesia Surakarta, Yayasan Kertagama, dan Sritex, Sabtu (7/4).

Ia menilai tayub punya akar yang kuat di masyarakat dan berfungsi sebagai perekat sosial. Setelah terdaftar sebagai warisan budaya dunia, Kemdikbud akan memfasilitasi pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangannya.

Wiendu menambahkan, sebelum bisa diusulkan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia, suatu warisan budaya harus terdaftar dalam warisan nasional. Saat ini telah dibentuk Komite Penetapan Warisan Nasional yang terdiri atas 17 orang dari berbagai daerah dan keahlian.

Tahun ini, kepada UNESCO diusulkan tenun sumba, Taman Mini Indonesia Indah, dan empat tarian sakral dari Bali sebagai warisan budaya dunia. Noken, tas khas dari Papua, November tahun ini akan disidangkan oleh UNESCO untuk menentukan apakah bisa dimasukkan dalam daftar warisan budaya dunia.

Tentang tayub sendiri, Rektor UNS Solo Ravik Karsidi menyatakan, seni ini terbukti sebagai seni populis, yakni kesenian rakyat yang berakar dan mampu menambat hati masyarakat selama berabad-abad.

Senada dengan itu, Rektor ISI Yogyakarta Hermien Kusmayati mengungkapkan, tayub adalah bahasa atau cara ungkap yang berkait dengan ritual dan upacara. Misalnya, untuk selamatan, syukuran, dan penghormatan.

Sementara itu, Rektor ISI Solo T Slamet Suparno mengatakan, seminar akan diiringi festival dan workshop tentang tayub pada 8-9 April. Sebanyak enam kelompok tayub dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berpartisipasi. 
 www.pulogadingcity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar