NASIONAL
Peneliti Divisi Korupsi Politik ICW, Apung Widadi, saat mendatangi Kantor DPP Partai Demokrat untuk menyampaikan surat keberatan terkait masalah penyampaian laporan dana parpol
Tiga Parpol Tak Gunakan APBN untuk Pendidikan Politik
Peneliti Divisi Korupsi Politik ICW, Apung Widadi, saat mendatangi Kantor DPP Partai Demokrat untuk menyampaikan surat keberatan terkait masalah penyampaian laporan dana parpol
JAKARTA - Indonesia Corruption Watch
(ICW) membeberkan data keuangan dari sembilan partai politik besar di
Indonesia. Tiga di antaranya tidak menganggarkan biaya untuk pendidikan
partai politik.
Sembilan partai itu adalah Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN),
Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan
Hanura.
Menurut peneliti Divisi Korupsi Politik ICW, Apung Widadi,
ada tiga partai yang tidak menganggarkan biaya untuk pendidikan partai
politik seperti diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 24 tahun 2009. Permendagri itu berbunyi bantuan
keuangan untuk partai politik digunakan sebagai dana penunjang
pendidikan politik dan operasional partai politik.
"Seharusnya
berdasarkan Permendagri partai-partai itu menggunakan untuk biaya
pendidikan politik. Tiga partai tidak melakukan itu yaitu Golkar, PDI-P,
dan PPP," ujar Apung dalam jumpa pers di kantor ICW, Jakarta Selatan,
Rabu (4/4/2012).
Apung mencontohkan data anggaran parpol yang
diperoleh ICW pada tahun 2010. Di situ, dana yang diperoleh setiap
parpol berbeda-beda. PDI-P mendapat dana dari APBN sebesar Rp1,574
miliar. Partai Golkar mendapatkan Rp1,623 miliar, sedangkan PPP
memperoleh Rp 598 juta, Partai Demokrat sebesar Rp 2,338 miliar, PKS
sebesar Rp 886 juta, PAN sebesar Rp 677 juta, PKB sebesar Rp556 juta,
Partai Gerindra sebesar Rp 517 juta, dan Partai Hanura sebesar Rp 501
juta.
PDI-P mengeluarkan biaya pengeluaran terbesar untuk telepon
dan listrik sebesar kurang lebih Rp 387. 836.242. PPP menghabiskan dana
terbesar untuk langganan daya dan jasa/gaji hingga Rp 378.427.500.
Adapun Golkar paling banyak menggunakan dana untuk biaya telpon dan
listrik sebesar Rp771.883.195
"Poin pendidikan politik itu
seharusnya mendapat porsi yang cukup besar. Selama ini partai politik
masih lemah dalam memberi pendidikan politik," kata Apung.
Dari
data itu, ada juga partai yang menganggarkan pendidikan politik, tapi
dalam jumlah dana yang kecil. PKS hanya menganggarkan Rp 42,2 juta untuk
pendidikan partai politik, sementara PAN sebesar Rp67 juta, PKB Rp 22,9
juta, Partai Gerindra Rp 22,7 juta, dan Demokrat sebesar Rp 44 juta.
Meski
begitu, Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Abdullah Dahlan yang
hadir dalam jumpa pers itu memberikan apresiasi kepada PAN yang memiliki
biaya pendidikan politik lebih besar dibanding partai lain. "PAN
menganggarkan dana untuk pendidikan politik paling besar dibandingkan
partai lainnya. Dana pendidikan politiknya sudah 15 persen," kata dia.
Dari
catatan dana ini, ICW menyatakan Partai Hanura sama sekali belum
memberikan laporan keuangan ke Badan Pemeriksa Keuangan. Data lainnya,
pengeluaran Demokrat paling banyak untuk rapat internal sekretariat
sebesar Rp 959.975.829, sementara dana terbesar PKB dikeluarkan untuk
biaya pemeliharaan data dan arsip Rp 164.452.900. Gerindra menghabiskan
dana paling banyak untuk gaji pegawai sebesar Rp 301.200.000.
www.pulogadingcity.blogspot.com
www.pulogadingcity.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar